Perkembangan zaman yang terus terjadi menuntut setiap organisasi untuk berkembang menuju era digitalisasi. Salah satu cakupan dari digitalisasi tersebut adalah digitalisasi sistem pembelajaran yang terdapat di organisasi dengan menggunakan sistem electronic learning atau e-learning. Memahami pentingnya untuk memenuhi tuntutan tersebut, setiap organisasi baik publik maupun swasta di Indonesia berusaha untuk menginisiasi tuntutan digitalisasi yang terjadi melalui penerapan sistem e-learning dalam kegiatan pembelajaran yang sebelumnya dilakukan dengan kegiatan tatap muka.
Perlunya Organisasi Menerapkan E-Learning
Terdapat definisi umum yang dikemukakan oleh Bullen dan Janes tentang e-learning yaitu sebagai pembelajaran yang terjadi ketika teknologi internet digunakan untuk memfasilitasi, menyampaikan, dan memungkinkan proses pembelajaran dengan jarak yang jauh. Penggunaan e-learning tidak hanya berlaku untuk institusi pendidikan, namun juga diterapkan bagi organisasi yang mulai bergerak ke arah pembelajaran berbasis digital. Dalam sisi yang bersamaan, sebuah organisasi juga memerlukan pembelajaran mengenai kepemimpinan (leadership) untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing setiap sumber daya manusianya.
Selaras dengan penerapan e-learning, organisasi juga dapat melakukan program pengembangan kepemimpinan dengan pembelajaran berbasis digital. Namun, sebelum mengarah pada penerapan sistem tersebut, organisasi perlu menyiapkan modul yang menjadi pedoman dan mudah untuk dilaksanakan. Pembuatan modul pembelajaran berbasis digital atau e-learning juga dinilai lebih efisien baik dari segi waktu maupun biaya. Melalui tulisan ini Freshminds akan menjabarkan mengenai pembuatan modul Program Pengembangan Kepemimpinan (Leadership) berbasis e-learning.
Metode Pembuatan Modul
Pada umumnya, teori yang digunakan dalam pelatihan berbasis digital sama seperti pelatihan pada umumnya yang dilaksanakan secara tatap muka/konvensional. Perbedaannya hanya terletak pada media dan metode pelatihan yang digunakan. Modul pelatihan leadership berbasis digital ini disusun berdasarkan siklus ADDIE dan disajikan dalam bentuk studi kasus. ADDIE merupakan singkatan dari proses tahapan pelatihan yang terdiri dari Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evaluation. ADDIE bukan merupakan sebuah proses yang linier, melainkan sebuah siklus yang dinamis dan interaktif, di mana terdapat evaluasi dan umpan balik pada setiap tahapannya (Chan, 2010).
Studi kasus kemudian digunakan sebagai metode yang sesuai untuk pembelajaran berbasis digital karena dapat diakses kapanpun dan dimanapun oleh pengguna. Selain itu, metode ini melibatkan aspek kognitif dan afektif pengguna secara maksimal serta digunakan untuk melatih pengguna dalam memecahkan masalah, melatih kemampuan analisis pengguna, dan meningkatkan rasa percaya diri pengguna dalam mengambil keputusan. Adapun tahapan yang dapat dilakukan untuk menyusun modul leadership berbasis digital yaitu: Alignment, Identify objective, needs & participants, Penyusunan lesson plan dan script, Review dan revisi script, Penyusunan storyboard, Review dan revisi storyboard, Pengembangan modul e-learning, Review dan revisi modul e-learning, User Acceptance Test (UAT), dan implementasi. Berikut adalah contoh template storyboard dan visual novel serta video yang dibuat:
Tantangan dan Alternatif Solusi
Tantangan yang dihadapi dalam menyusun modul kepemimpinan berbasis digital berbeda-beda, namun secara umum adalah kurangnya sources (misalnya subject matter expert) dalam mendeskripsikan perilaku kunci untuk studi kasus. Untuk menjawab tantangan ini, Freshminds melakukan drafting dalam bentuk tabel untuk membuat proses brainstorming menjadi lebih mudah.
Terdapat beberapa kesimpulan yang akan ditemukan oleh organisasi ketika selesai menyusun modul leadership berbasis pembelajaran secara digital. Kesimpulan tersebut tentunya berdasarkan upaya atau solusi yang dilakukan oleh organisasi dalam menghadapi tantangan selama pembuatan modul. Secara khusus hasil dari penyusunan modul leadership ini adalah 15 studi kasus kepemimpinan. Dari 15 studi kasus tersebut tersusun atas lima studi kasus untuk masing-masing tingkat leadership mulai dari tingkat basic, intermediate, dan advanced dalam bentuk digital. Untuk mempermudah proses digitalisasi dan agar lebih user friendly modul pembelajaran digital tersebut harus dapat diintegrasikan ke dalam learning management system sehingga para pengguna dapat mengaksesnya dengan mudah dan diharapkan modul ini mampu melengkapi media pembelajaran Program Pengembangan Kepemimpinan dalam organisasi.